Ukiran Kata

Kerinduan Anak Pelosok
Aku hidup di pesisir pelosok pulau Bangka, ibuku seorang guru SD sedangkan ayahku telah lama meninggal ketika umurku 5 tahun, sedangkan kini umurku 12 tahun, ku anak tunggal yang di besarkan oleh seorang ibu yang sangat ku banggakan ..
Hidup tanpa ayah selama 7 tahun adalah kehampaan dalam hatiku selama ini, namun hati ini enggan berkata bahkan mengeluh pada ibu yang merangkap menjadi ayahku selama ini. Ibu pergi bekerja pukul 07.00 bersama denganku, lalu pulang pukul 12.00, memasak untukku dan menungguku pulang sekolah, ketika tepat pukul 13.00 aku tiba dirumah berjalan kaki dengan teman - temanku, terkadang ibu sering memanjakanku dengan sesekali menyuapi ku saat pulang sekolah.
Ketika sore tiba ibu sering mengajakku kepinggir pantai , mencari kirang untuk dibuat kalung atau gelang yang cantik untukku. Bukan hanya itu ibu selalu menemaniku mengerjakan PR yang tidak mungkin aku lakukan pada malam hari. Bagiku malam adlah kegelapan yang selalu menghantui kehidupan kehidupan penduduk kampung kami. Mungkin ada penduduk yang memiliki mesin diesel sebagai pengganti Listrik PLN, namun itu hanya orang - orang kaya yan gmampu membelinya. Sedangkan bagaimana dengna hidup ku, yang hidup berdua dengan ibuku sebagi guru SD yang berpenghasilan sangat kecil. Terkadangku sedih ketika melihat ibu yang harus mengerjakan tugasnya dengan sebatang lilin. Ibu juga harus menuetrika pakaian orang - orang yang memakai jasa ibu. Pakaian mereka baru diantar ketika sore tiba jadi, ibu harus mengerjakannya ketika malam hari. Apalagi ibu menyetrika dengan setrika arang yang tak seharunya di pakai pada zaman global seperti ini . Sungguh aku ingin marah dengan perbuatan orang - orang kaya itu, tapi ibu selalu berkata itu adalah konsekuensidari pekerja jasa.
Aku pernah bermimpi akan ada bintang jatuh dan setiap malamnya akan menyinari kampung kecil dipelosok pesisir pulang Bangka ini. Bagiku hanya ibulah yang kuanggap sebagai penerang malam - malamku selama ini, ku selalu berdoa semoga Tuhan menjaga ibu agar selalu ku dapat bercahaya ketika malam tiba dengannya .
Hari ini ada yang berbeda dari hari - hari sebelumnya karena pemerintah kota akan mengadakan sosialisasi PLTN yang rencananya akan dibangun di pulau kami. Awalanya aku bertanya - tanya apa itu PLTN dan masih banyak pertanyaan di keplaku tentang hal yan gbaru aku kenal itu . Setelah mendengar sosialisasi yang akan menjawab mimpiku selama ini, aku sangat senang dan orang pertama yang akan ku beritahu tentang kabar ini adalah ibuku. Aku pulang dengan wajah riang dan bergegas memberitahu ibu, tampaknya yang ibu rasakan sama dengan yang apa yang aku rasakan, Ibu tersenyum sangat lebar dan kami sedikit membahas apa yang kudengar saat sosialisasi tadi.
Dalam angan, akhirnya mimpi ku dapat menikmati cahaya ketika malam hari akan terwujud. Namun, anehnya 1 minggu setelah sosialisasi itu, ada segerombolan pemuda datang ke sekolah kami memberikan sosialisasi tentang Nuklir dan PLTN, aku dan teman-teman menyambut dengan senang kedatangan mereka. Perlahan-lahan aku baru menyadari bahwa mereka memberikan gambaran negatif tentang PLTN. Aku mulai bingung bahkan dalam sekejap kerinduanku akan indahnya cahaya saat malam pupus dan akan menjadi harapan semata.
Ketika pulang kerumah, tak sanggup jika aku ceritakan pada Ibu apa yang kudengar dan kulihat tentang PLTN di sekolah tadi. Maka aku putuskan untuk diam agar harapan ibu tidak pupus seperti yang kurasakan.
Cerahnya matahari kini telah berganti menjadi indahnya sang bulan, aku  berjalan menyusuri pantai dan aku duduk sejenak di bawah langit berselimut bintang. Dalam hati ku berkata pada ayah.
"Ayah, ntah mengapa malam ini aku merasakan malam ini aku merasakan hal yang tidak biasa aku rasakan, mungkin aku kecewa ayah, mimpiku selama ini akan menjadi nyata, namun hari ini aku mendengar mesin yang akan menjadi perwujudan dari mimpiku itu jika terjadi kesalahan maka akan menghancurkan seluruh negeri tercantaku ini. Ayah, tolong sampaikan pada Tuhan, Tolong beri jawaban dari kerinduan ku selama ini."

1 komentar: